Tradisional dan modern, entah bagaimana membedakan keduanya.
Apa yang sekarang dianggap modern, setengah abad kemudian dapat menjadi
tradisional. Seolah-olah tradisional itu klasik, atau mungkin tradisional tidak
tepat disandingkan dengan modern, karena rasanya lebih enak jika modern
disandingkan dengan klasik. Bagiku tradisional merupakan hal lama yang secara
turun temurun digunakan sampai sekarang, klasik merupakan hal lama yang sudah
tidak digunakan dan hanya dinikmati sebagai gaya hidup di masa sekarang, dan
modern merupakan hal baru sebagai pengganti hal lama yang digunakan sekarang. Untuk
mendefinisikan bahasa yang biasa diucapkan ternyata tidak mudah, tetapi uniknya
setiap penutur menuturkan bahasa tanpa dibebani definisi yang dikandungnya,
keluar begitu saja dari mulut dan dipahami dalam komunikasi.
Salah satu permainan yang tergolong tradisional adalah gangsing, dalam KBBI dinamakan gasing. Walaupun terdapat bentuk gangsing modern, tetap saja itu adalah permainan tradisional dengan kemasan dan teknik memainkan terbaru. Jika dipikir lebih
dalam, permainan tradisional lebih bermanfaat dibandingkan dengan permainan
modern. Seperti permainan adu kelereng yang dapat melatih ketajaman insting
pemain dalam menyerang target, petak umpet yang dapat melatih berhitung dan
mencari target sekaligus menjaga daerah kekuasaan, lompat tali yang melatih
kehati-hatian dalam melangkah sekaligus menguatkan dan meninggikan tulang, dan
masih banyak permainan tradisional yang lebih bermanfaat. Berbeda dengan permainan modern yang didominasi
oleh video game dalam gadget, PC, dll, tentunya mempunyai
nilai positif, tetapi banyak juga negatifnya. Permainan tersebut dapat
mengisolasi jiwa pada sosial, pergerakan badan sangat minim karena kebanyakan
hanya bagian kepala dan jari yang bergerak, membuang waktu untuk hal yang
kurang berguna, dll. Permainan yang kurang sehat, baik secara fisik maupun
batin.
Sebagai salah satu permainan tradisional, gangsing dapat
memberikan pelajaran kepada manusia dalam memaknai kehidupan. Perhatikan
gangsing yang bergerak. Bukan asal gerak tanpa keteraturan, tetapi gerakan
dengan cara berputar, teratur, indah, dan bertahan pada porosnya dalam bidang
yang datar. Bila gangsing telah sampai pada putaran, maka dia tidak terjatuh,
dia tidak mati, jiwanya hidup, tidak menjadi benda yang hanya menyempitkan
ruangan saja. Sekalipun dalam putarannya mengalami benturan, maka seperti ada shock
breaker, menjauhi benturan dan melanjutkan putarannya.
Bagiku hal itu merupakan pelajaran yang sangat berharga.
Jika manusia tidak melakukan pergerakan yang indah, maka tunggulah
kejatuhannya, kematian jiwanya, hanya menjadi gumpalan daging yang mengotori
indahnya bumi. Apa bermalas-malasan bukan pergerakan? Tidur seharian, nonton TV
dan main internet yang tidak bermanfaat seharian, nongkrong-nongkrong tidak
jelas seharian, apa semua itu bukan pergerakan? Ya, itu semua pergerakan,
tetapi tidak indah. Siapa yang mau menikmati ketidakindahan? Umumnya, sampah
itu tidak indah, maka banyak orang yang membuangnya karena tidak dapat dinikmati.
Ingatlah gangsing yang dapat dinikmati ketika bergerak dalam putaran yang
indah. Manusia yang tidak bergerak dengan indah, sama halnya dengan gangsing
yang bergerak seenaknya. Lempar saja gangsing, pasti bergerak walaupun tanpa
putaran, tetapi tidak indah.
Tentang Keteraturan
Salah satu penyebab gerakan gangsing indah adalah putaran
yang disertai keteraturan. Seandainya gangsing berputar seenaknya, putaran
oleng, atau putaran tanpa poros yang jelas, sepertinya tidak dapat dinikmati. Begitu
juga manusia, dapat dinikmati ketika melakukan gerakan indah yang teratur. Istilah
familiar yang sering terdengar berkaitan
dengan keteraturan yaitu manajemen waktu. Jika mengamati manusia yang
menghargai waktu, mentata atau mengagendakan secara tertulis disertai
menjalankan segala aktifitas yang selalu padat di setiap harinya, maka hidupnya
terlihat ringan, tenang, senang, jiwanya hidup. Banyak manusia yang nasibnya
ditentukan oleh faktor manajemen waktu. Perhatikan saja manusia yang manajemen waktunya buruk, kehidupan yang buruk menyertainya.
Atau, perhatikan manusia yang pada awalnya memiliki kehidupan buruk, kemudian mengatur
waktunya dengan rincian aktifitas yang baik dan padat, maka perlahan hidupnya membaik.
Teratur benarlah
membuat baik. Makan teratur dapat membuat hidup sehat dan pencernaan baik. Mandi
teratur di pagi hari dan menjelang malam dapat membuat badan bersih, sehat, dan
segar. Hampir semua hal yang baik berawal dari keteraturan.
Tentang
Putaran Pada Porosnya
Poros gangsing
berada di bagian tengah. Putaran pada porosnya di satu titik pijakan membuat gangsing seimbang, berdiri tegak, dan gagah,
tidak goyah sekalipun terbentur.
Memang benturan sedikit membuatnya goyah, tetapi gangsing kembali tegak berputar. Bagiku itu menandakan ketegasan, fokus, keyakinan, dan
pantang menyerah. Tanpa itu semua, suatu gerakan indah terkesan lemah. Jika manusia
yang memulai gerakan indah tanpa didasari ketegasan, fokus, keyakinan, dan
pantang menyerah, maka hanya merupakan bentuk rencana tanpa keberlanjutan. Semuanya
percuma, tidak ada aksi yang dapat dinikmati.
Tentang Shock Breaker
Dari keteraturan dan putaran pada porosnya, tanpa
direncanakan menciptakan shock breaker. Selama dalam keteraturan dan
putaran pada porosnya yang kuat, maka benturan tidak dapat menghetikannya. Begitu
juga manusia, jika setiap gerakan indah didasari oleh keduanya, maka gerakan
indah tersebut terus berlanjut, tidak berhenti ketika dihadapkan rintangan. Komentar
miring dari orang lain atau setiap masalah yang dihadapkan tidak akan membuat
hati menjadi kecil. Justru akan membuatnya semakin indah, semakin nikmat untuk
dinikmati.
Tentang Gerakan yang Dapat Dinikmati
Dari sudut pandang hal yang paling umum dan paling besar,
Dialah Tuhan, sepertinya menikmati manusia yang melakukan gerakan indah. Pernah
terdengar kata-kata baik, bahwa Tuhan tidak akan memberikan suatu urusan kepada
manusia yang tidak sanggup menghadapinya. Tuhan itu Maha Adil. Seperti halnya
si kaya dan si miskin. Pada umumnya, si kaya adalah pekerja keras, gatal
rasanya jika tidak melakukan suatu gerakan yang indah. Selalu menciptakan
pekerjaan sendiri, walaupun dalam masa libur kerja. Bangun pagi hari, keluar
rumah, ada sampah sedikit langsung dibakar, lantai kotor sedikit langsung
dibersihkan, jika terasa capek barulah istirahat. Ketika dia kaya, mempunyai
rumah besar, mempunyai urusan besar, dia mampu menghadapinya. Adapun si miskin,
pada umumnya pemalas, rumah berantakan padahal punya banyak waktu luang,
pekarangan tak karuan, nonton TV seharian, rumah ditutup rapat-rapat karena
enggan melihat dan dilihat secara langsung oleh orang lain, bangun tidur pagi
sedikit siang langsung nongkrong dengan pandangan kosong di depan rumah yang
lebih nikmat lagi jika menghisap rokok ditemani secangkir kopi. Wajar jika
miskin, Tuhan kurang menikmatinya, dan hanya memberikan rezeki sesuai batas apa
yang dikerjakannya. Seandainya diberi rumah yang besar, bagaimana jadinya rumah
tersebut. Seandainya diberi urusan yang besar, mungkin menjadi kusut. Jelas
perbedaan nasib si kaya dan si miskin, keduanya disebabkan oleh bentuk gerakan.
Dari sudut pandang manusia, tentunya lebih menyukai manusia
yang melakukan gerakan indah. Terlihat dari banyaknya teman, banyaknya orang
yang mendekati manusia pekerja. Itu adalah rahasia Tuhan dalam mengatur sistem
sosial masyarakat. Yang melakukan pergerakan dianggap baik oleh masyarakat, dan
yang terlihat tanpa pergerakan dianggap buruk. Sebagian rezeki dari Tuhan
sampai pada manusia melalui tangan orang lain. Jarang ada orang yang mau
mempekerjakan manusia pemalas. Wajar jika ada orang yang sulit mendapatkan
pekerjaan, karena secara tampak maupun psikis telah dicap sebagai pemalas.
Berbeda dengan pekerja keras, apapun yang dilihat oleh orang lain rasanya baik,
bahkan ada yang memberinya hadiah tanpa duga karena si pemberi hadiah merasa
senang melihat pekerja keras. Pekerja keras hidupnya terkesan mudah.
Tidak selamanya gerakan yang tidak indah adalah buruk.
Tergantung bagaimana pelaku menyikapinya. Yang perlu diperhatikan adalah porsi.
Seperti halnya nonton TV, banyak acara yang ditayangkan dapat dijadikan
pelajaran. Misalnya film, setiap film pasti memiliki tema, memiliki pesan utama
yang disampaikan kepada penonton. Jika hanya menikmati tanpa mempelajari, maka
hanya akan memenuhi kepala
dengan sampah, membuang waktu untuk hal yang tidak berguna. Adapun yang
mempelajari, langkah selanjutnya adalah kapan pelajaran itu dipraktekkan dan
diajarkan kepada orang banyak. Porsi antara menonton haruslah lebih sedikit
dari pada praktek/mengajarkan,
supaya tidak mengalami
pemakaian waktu yang sia-sia.
Begitu juga gerakan yang indah akan menjadi buruk jika
disandingkan dengan kata “terlalu”, karena pada dasarnya kata “terlalu” membuat
segala hal menjadi buruk. Seperti jika terlalu keras bekerja, yang terlintas di
pikiran hanya kerja, maka kapan meluangkan waktu untuk makan, kapan menikmati
berkeluarga, kapan melakukan aktifitas lain, dan akhirnya segala hal yang
dimiliki menjadi rusak. Sesuai dengan firman Tuhan yang telah dibukukan manusia
puluhan abad lalu, “dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat
pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal”. Lihatlah gangsing, seandainya
terus berputar, maka kapan gangsing tersebut dapat dimainkan. Bukannya dapat
dinikmati, malah gangsing tersebut membosankan jika terus berputar tanpa henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar