Jumat, 08 Januari 2016

BELAJAR DARI GANGSING

Tradisional dan modern, entah bagaimana membedakan keduanya. Apa yang sekarang dianggap modern, setengah abad kemudian dapat menjadi tradisional. Seolah-olah tradisional itu klasik, atau mungkin tradisional tidak tepat disandingkan dengan modern, karena rasanya lebih enak jika modern disandingkan dengan klasik. Bagiku tradisional merupakan hal lama yang secara turun temurun digunakan sampai sekarang, klasik merupakan hal lama yang sudah tidak digunakan dan hanya dinikmati sebagai gaya hidup di masa sekarang, dan modern merupakan hal baru sebagai pengganti hal lama yang digunakan sekarang. Untuk mendefinisikan bahasa yang biasa diucapkan ternyata tidak mudah, tetapi uniknya setiap penutur menuturkan bahasa tanpa dibebani definisi yang dikandungnya, keluar begitu saja dari mulut dan dipahami dalam komunikasi.

Salah satu permainan yang tergolong tradisional adalah gangsing, dalam KBBI dinamakan gasing. Walaupun terdapat bentuk gangsing modern, tetap saja itu adalah permainan tradisional dengan kemasan dan teknik memainkan terbaru. Jika dipikir lebih dalam, permainan tradisional lebih bermanfaat dibandingkan dengan permainan modern. Seperti permainan adu kelereng yang dapat melatih ketajaman insting pemain dalam menyerang target, petak umpet yang dapat melatih berhitung dan mencari target sekaligus menjaga daerah kekuasaan, lompat tali yang melatih kehati-hatian dalam melangkah sekaligus menguatkan dan meninggikan tulang, dan masih banyak permainan tradisional yang lebih bermanfaat.  Berbeda dengan permainan modern yang didominasi oleh video game dalam gadget, PC, dll, tentunya mempunyai nilai positif, tetapi banyak juga negatifnya. Permainan tersebut dapat mengisolasi jiwa pada sosial, pergerakan badan sangat minim karena kebanyakan hanya bagian kepala dan jari yang bergerak, membuang waktu untuk hal yang kurang berguna, dll. Permainan yang kurang sehat, baik secara fisik maupun batin.

Sebagai salah satu permainan tradisional, gangsing dapat memberikan pelajaran kepada manusia dalam memaknai kehidupan. Perhatikan gangsing yang bergerak. Bukan asal gerak tanpa keteraturan, tetapi gerakan dengan cara berputar, teratur, indah, dan bertahan pada porosnya dalam bidang yang datar. Bila gangsing telah sampai pada putaran, maka dia tidak terjatuh, dia tidak mati, jiwanya hidup, tidak menjadi benda yang hanya menyempitkan ruangan saja. Sekalipun dalam putarannya mengalami benturan, maka seperti ada shock breaker, menjauhi benturan dan melanjutkan putarannya.

Bagiku hal itu merupakan pelajaran yang sangat berharga. Jika manusia tidak melakukan pergerakan yang indah, maka tunggulah kejatuhannya, kematian jiwanya, hanya menjadi gumpalan daging yang mengotori indahnya bumi. Apa bermalas-malasan bukan pergerakan? Tidur seharian, nonton TV dan main internet yang tidak bermanfaat seharian, nongkrong-nongkrong tidak jelas seharian, apa semua itu bukan pergerakan? Ya, itu semua pergerakan, tetapi tidak indah. Siapa yang mau menikmati ketidakindahan? Umumnya, sampah itu tidak indah, maka banyak orang yang membuangnya karena tidak dapat dinikmati. Ingatlah gangsing yang dapat dinikmati ketika bergerak dalam putaran yang indah. Manusia yang tidak bergerak dengan indah, sama halnya dengan gangsing yang bergerak seenaknya. Lempar saja gangsing, pasti bergerak walaupun tanpa putaran, tetapi tidak indah.

Tentang Keteraturan

Salah satu penyebab gerakan gangsing indah adalah putaran yang disertai keteraturan. Seandainya gangsing berputar seenaknya, putaran oleng, atau putaran tanpa poros yang jelas, sepertinya tidak dapat dinikmati. Begitu juga manusia, dapat dinikmati ketika melakukan gerakan indah yang teratur. Istilah familiar yang sering terdengar berkaitan dengan keteraturan yaitu manajemen waktu. Jika mengamati manusia yang menghargai waktu, mentata atau mengagendakan secara tertulis disertai menjalankan segala aktifitas yang selalu padat di setiap harinya, maka hidupnya terlihat ringan, tenang, senang, jiwanya hidup. Banyak manusia yang nasibnya ditentukan oleh faktor manajemen waktu. Perhatikan saja manusia yang manajemen waktunya buruk, kehidupan yang buruk menyertainya. Atau, perhatikan manusia yang pada awalnya memiliki kehidupan buruk, kemudian mengatur waktunya dengan rincian aktifitas yang baik dan padat, maka perlahan hidupnya membaik.

Teratur benarlah membuat baik. Makan teratur dapat membuat hidup sehat dan pencernaan baik. Mandi teratur di pagi hari dan menjelang malam dapat membuat badan bersih, sehat, dan segar. Hampir semua hal yang baik berawal dari keteraturan.

Tentang Putaran Pada Porosnya

Poros gangsing berada di bagian tengah. Putaran pada porosnya di satu titik pijakan membuat gangsing seimbang, berdiri tegak, dan gagah, tidak goyah sekalipun terbentur. Memang benturan sedikit membuatnya goyah, tetapi gangsing kembali tegak berputar. Bagiku itu menandakan ketegasan, fokus, keyakinan, dan pantang menyerah. Tanpa itu semua, suatu gerakan indah terkesan lemah. Jika manusia yang memulai gerakan indah tanpa didasari ketegasan, fokus, keyakinan, dan pantang menyerah, maka hanya merupakan bentuk rencana tanpa keberlanjutan. Semuanya percuma, tidak ada aksi yang dapat dinikmati.

Tentang Shock Breaker

Dari keteraturan dan putaran pada porosnya, tanpa direncanakan menciptakan shock breaker. Selama dalam keteraturan dan putaran pada porosnya yang kuat, maka benturan tidak dapat menghetikannya. Begitu juga manusia, jika setiap gerakan indah didasari oleh keduanya, maka gerakan indah tersebut terus berlanjut, tidak berhenti ketika dihadapkan rintangan. Komentar miring dari orang lain atau setiap masalah yang dihadapkan tidak akan membuat hati menjadi kecil. Justru akan membuatnya semakin indah, semakin nikmat untuk dinikmati.

Tentang Gerakan yang Dapat Dinikmati

Dari sudut pandang hal yang paling umum dan paling besar, Dialah Tuhan, sepertinya menikmati manusia yang melakukan gerakan indah. Pernah terdengar kata-kata baik, bahwa Tuhan tidak akan memberikan suatu urusan kepada manusia yang tidak sanggup menghadapinya. Tuhan itu Maha Adil. Seperti halnya si kaya dan si miskin. Pada umumnya, si kaya adalah pekerja keras, gatal rasanya jika tidak melakukan suatu gerakan yang indah. Selalu menciptakan pekerjaan sendiri, walaupun dalam masa libur kerja. Bangun pagi hari, keluar rumah, ada sampah sedikit langsung dibakar, lantai kotor sedikit langsung dibersihkan, jika terasa capek barulah istirahat. Ketika dia kaya, mempunyai rumah besar, mempunyai urusan besar, dia mampu menghadapinya. Adapun si miskin, pada umumnya pemalas, rumah berantakan padahal punya banyak waktu luang, pekarangan tak karuan, nonton TV seharian, rumah ditutup rapat-rapat karena enggan melihat dan dilihat secara langsung oleh orang lain, bangun tidur pagi sedikit siang langsung nongkrong dengan pandangan kosong di depan rumah yang lebih nikmat lagi jika menghisap rokok ditemani secangkir kopi. Wajar jika miskin, Tuhan kurang menikmatinya, dan hanya memberikan rezeki sesuai batas apa yang dikerjakannya. Seandainya diberi rumah yang besar, bagaimana jadinya rumah tersebut. Seandainya diberi urusan yang besar, mungkin menjadi kusut. Jelas perbedaan nasib si kaya dan si miskin, keduanya disebabkan oleh bentuk gerakan.

Dari sudut pandang manusia, tentunya lebih menyukai manusia yang melakukan gerakan indah. Terlihat dari banyaknya teman, banyaknya orang yang mendekati manusia pekerja. Itu adalah rahasia Tuhan dalam mengatur sistem sosial masyarakat. Yang melakukan pergerakan dianggap baik oleh masyarakat, dan yang terlihat tanpa pergerakan dianggap buruk. Sebagian rezeki dari Tuhan sampai pada manusia melalui tangan orang lain. Jarang ada orang yang mau mempekerjakan manusia pemalas. Wajar jika ada orang yang sulit mendapatkan pekerjaan, karena secara tampak maupun psikis telah dicap sebagai pemalas. Berbeda dengan pekerja keras, apapun yang dilihat oleh orang lain rasanya baik, bahkan ada yang memberinya hadiah tanpa duga karena si pemberi hadiah merasa senang melihat pekerja keras. Pekerja keras hidupnya terkesan mudah.

Tidak selamanya gerakan yang tidak indah adalah buruk. Tergantung bagaimana pelaku menyikapinya. Yang perlu diperhatikan adalah porsi. Seperti halnya nonton TV, banyak acara yang ditayangkan dapat dijadikan pelajaran. Misalnya film, setiap film pasti memiliki tema, memiliki pesan utama yang disampaikan kepada penonton. Jika hanya menikmati tanpa mempelajari, maka hanya akan memenuhi kepala dengan sampah, membuang waktu untuk hal yang tidak berguna. Adapun yang mempelajari, langkah selanjutnya adalah kapan pelajaran itu dipraktekkan dan diajarkan kepada orang banyak. Porsi antara menonton haruslah lebih sedikit dari pada praktek/mengajarkan, supaya tidak mengalami pemakaian waktu yang sia-sia.

Begitu juga gerakan yang indah akan menjadi buruk jika disandingkan dengan kata “terlalu”, karena pada dasarnya kata “terlalu” membuat segala hal menjadi buruk. Seperti jika terlalu keras bekerja, yang terlintas di pikiran hanya kerja, maka kapan meluangkan waktu untuk makan, kapan menikmati berkeluarga, kapan melakukan aktifitas lain, dan akhirnya segala hal yang dimiliki menjadi rusak. Sesuai dengan firman Tuhan yang telah dibukukan manusia puluhan abad lalu, “dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal”. Lihatlah gangsing, seandainya terus berputar, maka kapan gangsing tersebut dapat dimainkan. Bukannya dapat dinikmati, malah gangsing tersebut membosankan jika terus berputar tanpa henti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar