Menanggapi kemanusiaan di zaman sekarang terasa serba salah.
Hal tersebut, disebabkan setiap orang berhubungan dengan lebih dari satu orang.
Misalnya, sebut saja si A, si B, dan si C, ketika si A rajin bekerja,
ditanggapi oleh si B sangat benar karena waktunya diisi dengan hal baik, tetapi
ditanggapi oleh si C salah karena dianggap hanya memperdulikan pekerjaannya.
Contoh lain, ketika si A rajin membaca, ditanggapi oleh si B sangat benar,
tetapi ditanggapi oleh si C dengan mencelanya sebagai kutu buku yang tidak
gaul.
Aku pikir itu suatu kewajaran, karena bagiku kehidupan ditakdirkan menerima baik dan buruk. Untuk menjadi manusia baik, maka lakukanlah hal baik, bahkan bila perlu lakukan yang terbaik. Akan tetapi, semua hal disikapi serba salah, baik pun bisa dianggap buruk bagi sebagian orang, dan hal seperti itu menyebabkan kebingungan sehingga tidak tahu mana yang baik.
Solusinya? Aku hanya memilih tanpa peduli komentar pihak
lain, dan diperlukan ketegasan dalam menentukan pilihan. Ketika segala hal serba
salah, maka aku pilih (yang dianggap) kesalahan dengan resiko paling rendah.
Seperti ketika dihadapkan antara dua pilihan, bermain dan belajar. Tentunya aku
perlu bermain, berkumpul dengan teman, dan berpotensi menambah teman sehingga
jaringan pertemanan bertambah. Belajar pun sangat aku butuhkan, untuk
menggenggam masa depan yang baik harus melatih diri sampai menjadi manusia
hebat, dan dengan belajar bisa memberikan manfaat besar bagi diri sendiri dan
dampaknya untuk orang lain. Karena untuk membantu orang lain diperlukan
keahlian dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Masalahnya adalah ketika bermain dan belajar ditawarkan
secara bersamaan, dan keduanya beresiko disikapi salah oleh pihak lain, mana
yang harus didahulukan?. Dengan sedikit berat hati, aku lebih memilih belajar,
walaupun resikonya dijauhi atau dicela oleh teman. Bukan tanpa alasan, boleh
lah aku kehilangan teman yang menyikapi buruk pada aktifitas belajar, tidak
terlalu rugi karena masih banyak calon teman yang bisa menerima. Belajar adalah
aktifitas yang baik, dan jika ada yang menyikapi salah, maka orang itu tidaklah
baik. Buang saja teman berkualitas buruk.
Aku salah satu orang yang percaya bahwa masa depan itu
adalah pertempuran pikiran. Maksudnya, bukan pertempuran pikiran seperti
telepati atau sihir, tetapi kemampuan pikiran untuk mendapatkan keinginan
dengan cara yang cerdas. Orang kelas atas adalah orang yang memanfaatkan orang
lain untuk membuat dirinya hebat, dan tentunya bermanfaat bagi orang yang
dimanfaatkannya. Orang kelas bawah adalah orang yang meminta untuk dimanfaatkan
oleh orang kelas atas, demi memenuhi apa yang diinginkannya. Supaya lebih
jelas, mohon maaf jika ada yang tersinggung, bagiku karyawan berada pada kelas
bawah, karena meminta dipekerjakan oleh pemilik perusahaan sebagai kelas atas,
tetapi saling menguntungkan, dan yang lebih diuntungkan tentunya pemilik
perusahaan.
Seandainya aku memilih bermain, maka jelas kehilangan waktu
untuk melatih diri jadi hebat dengan belajar. Akan tetapi, yang dicontohkan tidaklah
mutlak. Ada kalanya lebih baik bermain dari pada belajar, dengan catatan jika
aktifitas bermain adalah belajar bersama, hasilnya bisa menambah pengetahuan
dan menjaga pertemanan. Serta, harus diingat untuk tidak terlalu serius
belajar, sampai tidak meluangkan waktu untuk berteman. Kata “terlalu” adalah
tidak baik, bahkan hal baik pun jika disandingkan dengan “terlalu”, maka itu
tidaklah baik.
Lebih jelas lagi jika pilihan tawaran antara dua hal dalam
waktu bersamaan ditentukan dengan tabel. Untuk sementara, sebut saja dengan
tabel penentuan kesalahan beresiko rendah.
AKTIFITAS
|
KEUNTUNGAN
(Kesalahan Beresiko Rendah)
|
KERUGIAN
(Kesalahan Beresiko Tinggi)
|
BELAJAR
|
1.
Menambah wawasan sesuai
ilmu yang dipelajari.
|
1.
Kehilangan teman
berkualitas buruk karena baginya salah jika lebih memilih belajar dari pada
bermain.
|
2.
Membuat cerdas.
|
2.
Kehilangan kesempatan
menambah wawasan yang tidak jelas.
|
|
3.
Mempersiapkan diri untuk
masa depan.
|
3.
...
|
|
4.
Bisa bermanfaat bagi
orang lain jika pengetahuan yang dipelajari mampu memecahkan persoalan.
|
||
5.
Tidak kesulitan diterima
pihak lain di masa depan.
|
||
6.
Banyak dicari orang yang
membutuhkan pengetahuan yang dikuasai karena dipelajari.
|
||
7.
Dll.
|
||
BERMAIN
|
1.
Menjaga pertemanan dengan
teman berkualitas buruk karena baginya salah jika lebih memilih belajar dari
pada bermain.
|
1.
Kehilangan kesempatan
menambah wawasan sesuai ilmu yang dipelajari.
|
2.
Menambah wawasan yang
tidak jelas.
|
2.
Kehilangan kesempatan membuat
cerdas.
|
|
3.
...
|
3.
Kehilangan kesempatan mempersiapkan
diri untuk masa depan.
|
|
4.
Kehilangan kesempatan
untuk bisa bermanfaat bagi orang lain jika pengetahuan yang dipelajari mampu
memecahkan persoalan.
|
||
5.
Kehilangan kesempatan
untuk tidak kesulitan diterima pihak lain di masa depan.
|
||
6.
Kehilangan kesempatan
untuk dicari banyak orang yang membutuhkan pengetahuan yang dikuasai karena
dipelajari.
|
||
7.
Dll.
|
Tabel tersebut hanyalah contoh yang kebenarannya bisa
diubah. Pada tabel tersebut, jelas terlihat aktifitas mana yang lebih baik
untuk dipilih ketika ditawarkan bersamaan. Untuk menentukan keuntungan
(kesalahan beresiko rendah) dan kerugian (kesalahan beresiko tinggi), lebih
baik dibicarakan bersama orang lain, dan lebih baik dengan orang tua karena
pengalaman hidupnya lebih banyak.
Kehidupan yang baik terjadi ketika dekat dengan hal yang
baik.
Memang tulisan ini tidak keren sama sekali, tetapi sayangnya
aku tidak peduli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar